Saturday, September 29, 2007

Sholawat dan Jablai...

Minggu, 16 September 2007, kira-kira pukul 15.30 aku menyaksikan dan tentu saja mendengarkan sebuah fenomena yang lain dari yang lain. Dalam acara yang disiarkan oleh sebuah stasiun televisi swasta tersebut menampilkan seorang tokoh agama atau masyarakat yang aku yakin gak ada orang yang gak kenal ama dia. Tampil di televisi? Ehm... setiap hari lebih dari sekali kayaknya. Terkenal? Of course, he did. Dia (atau beliau ya...) membawakan sholawat nabi Muhammad shalllallahu’alaihiwasalam (sholawat yang biasa dibawakan tiap hari kamis malam) dengan nada lagu jablai. Hehe...

Dengan gayanya yang ceria, dia membawakan sholawat tersebut dengan riang dan dengan nada lagu jablai yang manis dan lancar. Tahu siapa? Dia adalah seorang ustadz yang biasa mengisi acara-acara pengajian dimana-mana. Televisi, kota besar, dan dimanapun deh pokoke. Aku kaget aja dia bisa bawain sholawat dengan nada jablai yang lancar. UJ. Begitu dia biasa di sapa. Ustadz Jefri AlBukhory. Aku juga gak tahu acara apa. Aku menyaksikan dan mendengarkannya dengan kekehan kecil. Jadi teringat dengan rutinitas di desa dulu, tiap senin dan kamis malam kami mengadakan acara yang kami sebut ‘berjanjen’. Acara tersebut kami bawakan berisikan sholawat-sholawat untuk nabi Muhammad shollallahu’alaihiwasalam. Kebiasaan kami adalah ketika sudah bosan dengan nada-nada yang lama, maka kami akan membawakan dengan nada lain yang mengambil dari lagu-lagu populer. Baik itu dangdut, pop dan lainnya.

Kembali ke UJ yang membawakan sholawat dengan nada lagu jablai. Sebenarnya bagaimana ya? Boleh gak sih?

Aku sendiri adalah orang yang longgar dalam penilaian dan masalah ‘boleh gak boleh’, tidak sekeras orang lain yang lebih keras tentunya.

Hehe... aku pikir sih... boleh aja. Dengan catatan tentunya. Sholawat adalah sesuatu yang sudah seharusnya diberikan kepada nabi Muhammad shollallahu’alaihiwasalam, rasul Allah terakhir yang membawa Islam sebagai agama pelengkap. Bahkan Allah saja mengatakan Dia dan malaikat2Nya bersholawat kepadanya. Sesuatu yang agung dan tidak bisa dimain-mainkan. Sholawat dibawakan dengan nada lagu apapun adalah bisa-bisa aja asalkan dengan catatan tetap dihayati dan tidak dibawakan dengan maksud apa-apa. Dengan maksud tetap bersholawat dan tetap dihayati sebagai sebuah sholawat, bukan sebagai sebuah lagu jablai. Namun, ada baiknya jika dibawakan dengan nada yang lain yang lebih baik. Karena jika ini dilakukan oleh seorang ustadz yang dipercaya oleh masyarakat, maka aku khawatir menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan.

Sholawat memang seharusnya selalu disampaikan untuk nabi Muhammad shollallahu’alaihiwasalam, dengan nada bagaimanapun. Namun, ada baiknya jika dibawakan dengan nada yang lebih baik dan sopan. Jika harus dilakukan dengan nada yang mengambil dari nada yang lain (jablai misalkan) seharusnya dilakukan dengan penuh penghayatan yang mendalam, sehingga maksud sholawat tetap tersampaikan. ‘asa anyaj’alallahu hadzhihi nafi’ah – ahmadMuhajir.

Monday, September 24, 2007

SEPI.......

ya Tuhan....
kok akhir2 ini hidupku jadi aneh ya...
sepi....
males....
gak konsen...
dah gitu sering lupanya nambah....

32

kenapa ya....?
ah... moga2 besok gak lagi...
gak enak banget hidup kayak gini...
rasane gak semangat hidup...
padahal hidup cuma sekali kan harus dinikmati...
begitu...?!

^*&%^&%$^#$@$%@$#%$&%^&^*(&*&(*)()*()&*&%^#%#

Saturday, September 22, 2007

Ramadhan, sebuah pembelajaran...

Siapa yang tak kenal jam karetnya orang Indonesia. Siapa yang tidak akan bilang bahwa orang Indonesia adalah ahli dalam hal molorisasi. Semua orang dari negara mana saja tahu akan hal itu dan mengakuinya. Sebuah kenyataan dan predikat yang tidak patut untuk dibanggakan. Sebuah predikat yang harus diubah dan dilakukan perubahan besar-besaran untuk ke depan lebih baik.

Ramadhan baru saja berjalan beberapa hari yang lalu. Bulan yang katanya penuh dengan rahmat, ampunan, kebahagiaan, keindahan dan lain sebagainya. Bulan dimana umat Muhammad shollallahu’alaihiwasalam menikmati berbagai kebahagiaan dan rahmat dengan berpuasa dan beribadah sebanyak yang mereka mau. Bulan dimana manusia yang beriman dipanggil untuk berpuasa agar menjadi hamba Tuhan (Allah) yang bertakwa. Panggilan yang hanya ditujukan oleh hambaNya yang beriman saja, bukan semuanya.

Bulan yang setiap harinya diawali dengan sahur sebelum memasuki waktu sholat shubuh (imsak), menahan nafsu, lapar, dahaga selama satu hari hingga tiba waktu maghrib untuk berbuka. Dan ketika waktu berbuka tiba, maka semua yang berpuasa harus berbuka tepat pada waktunya. Tidak ada yang boleh menunda hingga waktu isya’ tiba. Apa yang bisa dipelajari dari berpuasa? Jawabannya adalah satu, disiplin. Disiplin dalam menjalankan segala hal. Dimulai dari makan sahur sebelum shubuh untuk tidak ditembus batas tersebut. Dan yang paling penting adalah disiplin untuk tepat waktu pada saat berbuka. Bahkan disunnahkan untuk disegerakan. Sebuah pembelajaran untuk tepat waktu atau untuk menyegerakan hal yang sudah seharusnya dikerjakan.

Disiplin di bulan ramadhan ini adalah sebuah bentuk pembelajaran yang jika diterapkan maka akan menjadi sebuah kebiasaan dan keutamaan diri yang luar biasa. Kedisiplinan yang begitu utama dalam kehidupan manusia. Namun, sudahkah terlaksana dengan baik? Sudahkah diterapkan untuk disiplin selain saat berbuka? Datang ke tempat belajar (kuliah) misalnya? Lalu, bagaimana dengan janji-janji dengan teman, sahabat, atasan, dosen dan sebagainya? Sudahkah? Mungkin saya pun belum. Saya bukan menggurui atau menasehati, karena saya pikir semua sudah mengerti atau bahkan jauh lebih mengerti. Saya hanya mengingatkan dan mengajak untuk introspeksi dan pada akhirnya memperbaiki kebiasaan yang tidak layak untuk dipuji. Mari... ‘asa anyaj’alallahu hadzhihi nafi’ah – ahmadMuhajir.

Sunday, September 16, 2007

'Ban Serep'...

Beberapa minggu yang lalu, saya berbincang-bincang dengan beberapa teman di bawah sebuah pohon yang cukup rindang ditemani semilir angin yang rasanya bagaikan di pinggir pantai (salah seorang mengatakan ‘semilire puooollll...’) ditemani seorang dosen yang kebetulan tidak ada kerjaan (hehe...). Perbincangan kami sebenarnya tentang organisasi kami, dan hal-hal menyangkut hal itu. Setelah cukup perbincangan tersebut, maka seperti biasa jika kami sudah bertemu dan ngobrol, perbincangan akan mulai berpindah ke hal-hal lain yang entah penting atau tidak.

Perbincangan hari itu membawa kami ke pembicaraan tentang pacar. Si dosen yang kebetulan sudah berumur (namun belum juga menikah) mengatakan bahwa mendobel pacar itu boleh saja. Siapa tahu suatu saat putus dengan satunya, jadinya kan sudah siap dengan penggantinya. ‘bukankah mobil punya ban serep sebagai ganti’ begitu katanya. Saya pun terkekeh dan menimpali, ‘setuju pak, ban serep itu perlu’. Suasana menjadi riuh antara setuju dan tidak setuju atau tawa kekeh yang memenuhi seantero bawah pohon rindang (hehe...).

‘Ban serep’... ehm... perlukah? Apakah perlu memiliki atau setidaknya menyiapkan pacar lain selain si dia? Lalu bagaimana menyikapinya?

Masing-masing orang mempunyai kebijakan tersendiri untuk dirinya. Dan masing-masing orang mempunyai alasan tersendiri untuk melakukan apa yang ingin dilakukannya. Pacar lain atau ‘ban serep’ memang sebuah fenomena yang tidak jarang ditemui baik cewek maupun cowok. Memiliki pacar labih dari satu entah bertujuan sebagai ban serep atau sebagai wujud ingin disebut sebagai orang yang memiliki predikat pacarnya banyak. Hehe...

Memiliki ‘ban’ satu saja adalah hal yang cukup, dengan begitu pengaturan kehidupan dan pembagian jatah akan terasa mudah dan tidak akan menimbulkan keributan yang cukup berarti pada akhirnya. Dengan memiliki satu ‘ban’ maka akan mudah merawat dan menjaganya. Tidak ada perasaan berdosa karena harus membohongi satu untuk hal lainnya. Tidak ada kesulitan pembagian waktu dan hal lain pula. ‘ban’ yang cukup satu akan membuat kehidupan lebih indah, karena dunia hanya milik berdua, dengan memiliki ‘ban serep’ maka dunia akan menjadi milik berbanyak. Hehe...

Jika alasan ‘ban serep’ adalah sebagai ganti ketika ‘ban’ yang satu sudah tidak bisa diselamatkan, itu alasan yang bagus. Namun, dunia akan terasa lebih menantang jika ketika ‘ban’ sudah tidak ada dan usaha untuk mendapatkan kembali dilakukan. Akan lebih menantang jika anda harus mencari penggantinya melalui proses yang cukup memakan waktu daripada jika anda sudah punya ‘serep’nya.

Jika ada yang mengatakan, lha wong mobil saja punya ‘ban serep’, bahkan motor vespa saja punya kok... maka saya akan bertanya, apakah anda mau jika disamakan dengan ban (tyre)? Jawabnya ada di dalam hati anda, dan jangan lupa ini adalah sebuah wacana. ‘asa anyaj’alallahu hadzhihi nafi’ah – ahmadMuhajir.

Saturday, September 15, 2007

Kewajaran...

Kemarin, saya diberitahu oleh seseorang yang mengatakan bahwa beberapa orang merasa takut ketika harus bertemu denganku. Ya Allah, apakah memang tampangku se-menyeramkan itu? Apakah wajahku se-menyeramkan monster godzilla? Sebagai orang yang lumayan (ehm..) dibutuhkan aku memang sering dicari. Dicari karena aku yang bawa kunci basecamp, kalau gak ada kan gak bisa nongkrong. Hehe... namun, beberapa diantara yang harus menemuiku merasa takut denganku dan akan berusaha untuk menolak. Begitulah, beberapa akan berusaha untuk tidak bertemu dengaku dan beberapa biasa saja ketika harus bertemu denganku.

Sebenarnya, aku hanya bertanya-tanya. Apakah aku memang terlihat seperti orang galak? Ataukah aku memang galak? Bukankah ketika bertemu aku juga biasa saja? Ah, entahlah. Aku tidak tahu. Aku menyadari apa yang mereka pikirkan. Bukan tentang apa-apa. Melainkan aku sadar bahwa itu adalah sebuah kewajaran yang manusiawi. Mengapa? Aku tahu, mereka yang bersikap seperti itu belum sepenuhnya tahu dan mengerti bagaimana dan siapa serta seperti apa seorang ahmadMuhajir. Mungkin saja mereka ketakutan karena trauma akan kejadian sebelumnya. Sejujurnya, aku sudah menurunkan tingkat kemarahanku beberapa bulan lalu. Dan aku akan berusaha untuk melihat segala sesuatu dengan hati dan pikiran yang jernih sehingga tidak mudah marah. Maklum saja, saya terlahir sebagai seorang bershio ‘macan’ dan unsur terkuat dalam diriku adalah ‘api yang kuat’. Ini memang sebuah tantangan buatku untuk bisa mengendalikan dengan baik. Sebuah tantangan luar biasa yang akan membuatku menjadi orang luar biasa pula.

Bisa jadi, mereka merasa takut karena pernah melihatku seolah sedang tidak ingin diganggu. Memang, beberapa hari terakhir aku terlihat agak tidak ceria seperti biasanya. Ini semua karena berbagai masalah yang belum juga rampung. Mulai dari masalah organisasi, yang cukup menguras pikiran, masalah pribadi dan sakit yang diam-diam menggangguku. Aku bersyukur karena harus menyelesaikan banyak sekali masalah dan gangguan. Karena itu berarti Tuhan ingin menjadikan diriku seorang yang kuat dalam segala hal. Thank’s God.

Sebuah kewajaran jika beberapa menganggapku galak dan sebagainya. Sebuah kewajaran yang manusiawi. Because they don’t know yet about me, about who i am. ‘asa an yaj’alallahu hadzhihi nafi’ah – ahmadMuhajir.

Friday, September 14, 2007

Blog dan aku...

blog... begitu namanya, begitu tahu apa itu blog aku langsung jatuh hati dan rasanya tetap terperosok di dalam lubangnya.
sebuah lubang yang rasanya saya sulit untuk keluar dan mencari udara lain. namun, saya berterima kasih, karena dengan blog saya bisa mengenal sahabat saya tanpa harus duduk dan berbicara dari hati ke hati. yah, saya (dengan sombong mengatakan) sibuk.

awal perkenalan blog membawa saya untuk mencoba blogger, pada tahun 2006. tahun kedua kuliah saya di semarang. namun, saya tidak sama sekali mengurusnya, bahkan posting saja tidak. setelah mendengar wordpress, saya pun mencoba menyelaminya dan berhasil membuatnya. kembali lagi saya tidak pernah mengurusnya. payah memang...
berbagai blog hosting saya coba, cjb, aim, reallifelog dan segala macam blog hosting yang disediakan secara gratis memang. namun kesemuanya tak terurus dan terbengkalai sejak pertama kali dibuat. pertama kali. bukan setelah beberapa postingan...
saat ini blog-blog tersebut tidak pernah saya buka, artinya saya biarkan beberapa dan beberapa saya hapus karena malu, blog gak ada isinya. niat awal isi blog saya adalah isi dari apa yang ada di benak, otak dan pikiran saya, selain itu, saya juga ingin mengisinya dengan catatan harian yang bisa saya bagi dengan siapa saja yang mau membaca. walaupun saya tahu, mungkin yang membaca hanya 1 - 2 orang saja.

baru saja saya membaca sebuah postingan blog di ada apa dengan nge-blog dan saya merasa terketuk untuk menuliskan ini. maaf... bagi anda yang merasa keberatan dengan isi blog seseorang, saya pikir itu adalah sebuah kewajaran yang manusiawi. anda juga berhak menuntut jika ternyata nama anda dibawa ke postingan tanpa seijin anda.
namun anda sebaiknya tidak langsung menghujatnya, ada baiknya jika anda memberikan pendapat pada shoutbox yang sudah disiapkan. bukankah isi blog adalah terserah pada pemiliknya? saya mohon anda menanyakan pada hati kecil anda... isi blog adalah apa yang diinginkan oleh pemiliknya. saya membenarkan apa yang dikatakan bahwa blog adalah sebuah pendekatan personal secara tidak langsung. dengan postingan-lah kita bisa mengetahui bagaimana dan siapa si dia tanpa harus duduk berbicara dari hati ke hati. bukankah kita semua sibuk...

maaf bagi anda yang tersinggung... anda boleh melayangkan pendapat. namun sebaiknya anda tidak menghujatnya... kasihan orang yang anda hujat... siapapun dia, dia juga sahabat anda...