Thursday, July 26, 2007

Hehe...

Hehe. Begitulah judul artikel ini. Saya sendiri tidak tahu harus mengisi artikel ini dengan apa, saya sedang mencoba meng-appreciate usulan seseorang. Banyaknya kami berbagi. Itulah kemungkinan mengapa saya mencoba menuruti usulan darinya. Kami begitu banyak berbagi, suka, duka, dan ceita-cerita yang mungkin akan terdengar terlalu basa-basi dan tidak berguna. Namun, kami menikmatinya sebagai penyedap bagi kehidupan yang tidak selamanya indah dan menyenangkan. Mengingat saya seorang pelupa, saya sering mengatakan isnpirasi yang muncuk sewaktu-waktu kepadanya, sehingga ketika saya lupa mungkin dia akan mengingatkan apa yang menjadi inspirasi saya. Judul ini sendiri, dia buat ketika saya mencoba mengatakan inspirasi yang saya dapatkan. Namun, saya tidak berhasil mendapatkan judulnya dan dengan tertawa dia bilang ‘Beri judul saja ‘hehe’”. Mendengar judul yang lumayan nyentrik, saya sendiri tertawa dan berpikir. Kemudian, pada akhirnya saya menulis ini.

Sebenarnya, kata-kata ‘hehe’ adalah kata-kata yang biasa saya gunakan dalam short message service (sms). Kata-kata ‘hehe’ saya gunakan ketika saya mencoba mengekspresikan tawa saya. Saya tidak tahu harus mengekspresikan tawa saya dengan tulisan seperti apa. Yang saya bisa tuliskan hanya ‘hehe’ atau mungkin ‘haha’. Sebuah tawa yang jika diwujudkan akan terlihat seperti sebuah tawa yang dipaksakan. Sejujurnya, saya bukan orang yang pelit untuk tertawa. Bahkan, bisa dikatakan saya adalah orang yang hobinya tertawa lebar – kalau anda tidak percaya, silakan buka profile saya di friendster http://www.friendster.com/ipullup. Oiya, sebenarnya saya sedang menyiapkan sebuah photo gallery yang saya buat khusus sebagai bentuk penghargaan diri saya. Maklum, saya pikir saya bisa menyimpannya di internet sehingga space harddisk saya bisa bertambah. Hehe… Salah satu hobi dan keahlian saya adalah saya expert di ‘wide smile’ hehehehehehe….

Mengapa saya hanya menuliskan ‘hehe’? jawabannya sederhana saja. Saya tidak tahu harus menuliskan tawa lebar saya menjadi seperti apa. Apakah ‘hehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehe…’ atau ‘hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha…’ atau entah seperti apa. Yang jelas, kalau saya harus menuliskannya seperti pilihan di atas, maka tawa saya akan menghabiskan jatah maksimal karakter satu buah sms. Dan artinya, saya akan membayar banyak untuk tulisan yang seharusnya bisa dituliskan cukup hanya dengan satu sms saja. Ya, begitulah alasan saya menuliskan tawa saya dengan ‘hehe’. Alasan pertama, saya tidak tahu harus menggambarkan tawa lebar saya dengan tulisan seperti apa. Alasan kedua, kalau saya harus menuliskannya panjang seperti tawa saya, maka pulsa saya akan cepat habis – maklum, saya anak kos – hehehehehe….

Sebenarnya, si-yang-mengusulkan-judul ini sendiri ketika mengekspresikan tawanya lewat sms, biasanya menuliskannya dengan ‘he..’ atau ‘he…’. Kalau lebih diperhatikan, mungkin tawa seperti jika diekspresikan akan menjadi sangat-sangat dipaksakan. Hehehe… jadi, bagaimana menuliskan tawa dalam sms? Jawabannya ‘terserah anda’. Mengapa anda harus susah-susah mengekspresikan apa yang ingin anda lakukan. Bukankah semuanya hanya masalah nyaman dan tidak nyaman? Feel comfort! Bukankah anda bebas mengekspresikan apa yang anda ingin lakukan? Just do it! Jadilah diri sendiri! Biarkan dunia melakukan apa yang ingin dilakukannya, dan lakukanlah apa yang ingin anda lakukan. Anda tidak perlu malu untuk melakukan apa yang tidak melanggar hak asasi orang lain. Karena anda juga punya hak. Gitu aja kok repot.

Buat si-yang-mengusulkan-judul terima kasih atas idenya. Mungkin lain kali saya akan memerlukannya lagi. Buat pembaca sekalian, jagalah barang-barang anda. Jangan sampai ada yang ketinggalan. Dan buat semuanya, barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar/dikembalikan. Hehehe… - ‘asa an yaj’alallahu hadzhihi nafi’ah – ahmadMuhajir.

Wednesday, July 25, 2007

Pacarku Di Sini, Pacarmu...?

Pacar, saya yakin anda mengerti dan tahu bagaimana dan apa itu. Bahkan anak Taman Kanak-kanak pun dengan mudah mengatakan bahwa dia tahu apa itu pacar. Definisi pacar itu sendiri bermacam-macam, didefinisikan oleh siapa dan dari sudut pandang mana. Ada yang mengartikan bahwa pacar adalah seseorang yang disayangi, dikasihi, dicintai dengan segenap jiwa dan hati. Ada pula yang mengartikan bahwa pacar adalah kekasih yang menenteramkan jiwa. Apapun definisi pacar, jika ditarik benang merah, maka pacar atau kekasih dapat diartikan sebagai seseorang, yang dicintai, dikasihi, disayangi, berharga, penting dan merasa tenang jika berada di sisinya, di dekatnya sehingga ketika jauh akan terasa kehilangan.

Apakah pacar itu perlu? Jawabannya bisa perlu, bisa tidak. Dalam konteks yang sejujurnya dan murni, pacar adalah seseorang yang dicintai, dan dikasihi kemudian merasa tenang dan merasa kehilangan bila jauh darinya, sehingga pacar adalah bisa diartikan sebagai penenteram jiwa di kala sedih dan nelangsa. Sebuah penenteram adalah sesuatu yang seharusnya dimiliki untuk menutupi kesedihan dan rasa kesepian yang kadang-kadang menjalar. Namun, pada kenyataannya pacar justru bukan menjadi tempat yang seharusnya. Pacar malah dijadikan tempat menumpahkan rasa marah, pacar justru menjadi tempat untuk direpotkan. Pacar bahkan dijadikan tempat untuk menumpahkan rasa kebencian kepada orang lain. Dan lain sebagainya…

Jika pacar itu perlu, maka sebaiknya bagaimana?

Pernahkah anda mendengar teman anda yang punya pacar nun jauh di sana sejak lulus SMP dan hingga saat ini dia kuliah memasuki tahun ketiga? Pernahkah anda mendengar, kawan anda yang berpacaran dengan teman sekelas kuliahnya, namun baru dua bulan putus? Tidak penting sih, apakah anda pernah mendengar atau tidak. Lagipula, anda juga belum tentu peduli to? Hehehe… namun, tidakkah anda bertanya-tanya, mengapa si A yang pacarnya di luar pulau langgeng, dan si B yang pacarnya di depan mata setiap hari, malah cepet error-nya?

Dalam dunia pacar dan pacaran serta memacari, ada beberapa jenis pacaran yang diantaranya adalah pacaran aa si A, yaitu pacaran jarak jauh, dan pacaran ala si B, pacaran tanpa jarak. Hehehe… setelah melalui penilaian yang cukup memakan waktu, saya bisa menyimpulkan beberapa hal.

Pacaran jarak jauh atau pacaran ala si A. Pacaran ini bisa langgeng karena antara satu dan satunya lagi saling memiliki rasa kepercayaan yang kuat. Walaupun mereka hanya bertemu setahun sekali, namun dengan kepercayaan yang diberikan masing-masing pihak, maka antara satu dan satunya lagi tidak mudah untuk melakukan hal bodoh yang berakibat tidak bagus pada hubungan mereka. Selain itu, masing-masing pihak yang telah diberikan kepercayaan menjaga kepercayaan tersebut, dan tidak menyalahgunakannya untuk hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan, sehingga nantinya mereka akan terlihat – maaf – tolol. Hal lain yang mendukung langgengnya pacaran gaya ini adalah jarangnya komunikasi. Mengapa? Bukankah komunikasi adalah sesuatu yang penting dalam hal hubungan? Betul. Komunikasi adalah sesuatu yang amat sangat penting sekali dalam hubungan. Namun, komunikasi yang berlebihan akan menimbulkan reaksi yang berlebih pula. Ketika si Ce terlalu sering berkomunikasi dengan si Co, maka akibatnya bukan hubungan makin erat, namun si Co akan merasa terlalu dimata-matai oleh si Ce. Dengan demikian, maka akan timbul kejengkelan yang mengakibatkan error-nya sebuah hubungan. Dan selanjutnya kepercayaan yang diberikan akan disalahgunakan untuk hal – maaf – bodoh yang tidak seharusnya dilakukan. Si Co yang sebenarnya menaruh kepercayaan yang besar pada si Ce, dengan jiwa mudanya maka bisa saja akhirnya dia melakukan hal yang tidak patut dilakukannya. Komunikasi, jika dikatakan sebagai hal yang amat sangat penting sekali dalam hubungan, maka saya katakan benar sekali. Namun, komunikasi yang berlebihan akan menimbulkan hal yang justru bisa sangat buruk sekali.

Dengan gaya pacaran ala si B atau pacaran tanpa jarak sebanrnya memiliki rumus yang sama. Sebab-sebab yang mengakibatkan hubungan yang tidak langgeng adalah ketidakpercayaan yang ditimbulkan masing-masing pihak. Dengan overprotected yang diberikan pada masing-masing pihak, maka satu dan satunya lagi merasa dirinya tidak dipercaya untuk memegang apa yang sudah seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Memang sih, pacaran tidak harus dipertahankan hingga ke jenjang pernikahan. Tapi, bukan sebuah kesalahan jika orang yang sudah dicintai dan disayangi dibawa ke pelaminan kan..? bertemu dan berkomunikasi setiap hari bukanlah komunikasi yang berlebihan jika disikapi secara dewasa. Dengan bertemu setiap hari, seharusnya masing-masing pihak justru semakin mengerti apa yang tidak seharusnya dilakukan agar tidak membuat si dambaan hati pergi dan tak kembali. Dengan komunikasi setiap hari, seharusnya masing-masing pihak menjadi semakin lengket dan nempel kayak perangko. Sayangnya, sifat dasar manusia yang salah satunya menonjol adalah kebosanan pada satu hal. Sehingga komunikasi yang terlalu sering – setiap saat – bisa mengakibatkan kebosanan. Tapi, saya akan merasa aneh jika dan merasa bosan pada apa yang anda cintai. Hehehe…

Pacaran jarak jauh, pacaran tanpa jarak, bukanlah sebuah masalah jika dihadapi dengan dewasa. Jujur saja, memang ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam pacaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk dilakukan, dan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk tidak dilakukan agar tidak menjadi bodoh. Kalau sifat dasar manusia diantaranya adalah kebosanan pada satu hal, maka saya akan merasa aneh jika anda merasa bosan pada apa yang anda cintai. Hehehe… Kalau saya boleh berpesan, bagi anda yang memiliki pacar, baik jauh maupun dekat, sayangi, kasihi, cintai pacar anda dengan sepenuh hati jika anda merasa akan kehilangan bila dia hilang dari kehidupan anda. Jika anda berpacaran hanya karena biar tidak dikatakan kuper dan bloon, sebaiknya anda berpikir bagaimana jika adik anda diperlakukan demikian. Bagi anda yang tidak berpacaran, jomblo bukanlah sebuah aib. Justru jomblo adalah saat agar anda belajar lebih banyak memahami lawan jenis sebelum anda menjalin hubungan. ‘asa an yaj’alallahu hadzhihi nafi’ah – ahmadMuhajir.

Saturday, July 21, 2007

Sejarah Nama Indonesia

Saya adalah orang Indonesia yang lahir dan besar di negara ini, hingga saat umur ini masih tinggal dan memetik semua yang berasal dari tanah yang katanya ‘tongkat jika ditancapkan di tanah ini maka akan tumbuh menjadi sebuah pohon’. Namun pada kenyataannya saya tidak begitu tahu bagaimana sejarah awal dan penamaan sesungguhnya negara tercinta Indonesia ini, hingga saya menemukan artikel ini. ‘Sejarah Nama Indonesia’.

Pada zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang
diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. “Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi (Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa)” kata seorang pedagang di Pasar Seng, Mekah.

Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah “Hindia”.
Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia Tenggara dinamai “Hindia Belakang”. Sedangkan tanah air kita memperoleh nama “Kepulauan Hindia” (Indische Archipel, Indian Archipelago, l’Archipel Indien) atau “Hindia Timur” (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l’Archipel Malais).

Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” (bahasa Latin insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang populer. Bagi orang Bandung,
Insulinde mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku yang pernah ada di Jalan Otista.

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), memopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata “India”. Nama itu tiada lain adalah Nusantara,
suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara digunakan untuk men yebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Kita tentu pernah mendengar Sumpah Palapa dari Gajah Mada, “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa” (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat). Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa di
antara dua benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.

Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Kini akan kita telusuri dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul.

Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada
tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia at au Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu
tertulis: … the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl,
bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

D alam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah “Indian Archipelago” terlalu
panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan: Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. Ketika mengusulkan nama “Indonesia” agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama i tu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!

Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama “Indonesia” dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya.

taken from http://owlyzevitch.wordpress.com

Thursday, July 19, 2007

Save 5 Hours a Day...

Apakah anda terlalu sibuk untuk meluangkan waktu bersama keluarga, membaca buku, lebih banyak latihan dan melakukan hal-hal yang anda sukai dan sangat ingin anda lakukan?

Cobalah berpikir seperti layaknya seorang admin TI – dengan mengubah kebiasaan anda dan mendapatkan 5 jam extra setiap hari untuk bisa melakukan hal-hal yang anda sukai. Dengan begitu anda akan mendapatkan lebih dari 2 bulan waktu extra dalam satu tahun, lumayan untuk menghapuskan dahaga anda akan waktu luang.

Bagaimana cara mendapatkannya?

Jam Pertama : Use the Web to Cut TV

Ya, gunakanlah web untuk menggantikan posisi televisi. Beberapa diantara anda mungkin menghabiskan waktu hanya untuk menikmati reality show, drama, film dan lainnya. Kalau anda berniat menghabiskan hidup anda untuk menyaksikan televisi, cobalah berpikir bahwa waktu yang anda gunakan untuk sekedar menonton televisi akan lebih berguna untuk melakukan hal-hal yang lebih berguna lainnya.

Anda tidak harus menghilangkan sama sekali kebiasaan menonton televisi anda, namun ada baiknya jika anda mulai menggunakan teknologi yang sepuluh tahun lalu belum begitu dikenal.

Langkah pertama, buanglah kebiasaan anda untuk bergonta-ganti channel tv hanya untuk mendapatkan acara yang ingin anda nikmati. Dan beralihlah mencoba mencari acar favorit anda melalui situs-situs semacam Yahoo!, TiVo dan yang lainnya. Setelah anda menemukan program favorit yang anda sukai, anda tinggal menikmatinya melalui TiVo, namun pastikan anda selalu mengecek jadwal acara sehingga anda tidak akan pernah ketinggalan. Mengapa lebih baik menggunakan rekaman dari TiVo misalnya, karena dengan begitu anda akan memotong waktu menonton tv anda dan anda tetap mendapatkan acara favorit anda tanpa ketinggalan satu sesi pun.

Sebagian daru acara komedi dan show sebenarnya tidak terlalu lucu jika anda memperhatikannya. Namun, anda juga tidak ingin membiarkan lewat begitu saja acara tersebut. Akan lebih baik jika anda melirik situs-situs semacam Digg dan atau milis lainnya untuk mendapatkan hikmah-hikmah dan lelucon yang bisa menggantikan acara komedi dan show kesayangan anda yang sebenarnya tidak terlalu lucu dan hanya menghabiskan waktu.

Jam Kedua : Packet-Filter Online Time

Berapa banyak waktu yang anda gunakan untuk online setiap hari, termasuk surfing web, email, invite dan lainnya? Lima? Enam? Sepuluh? Atau bahkan dua belas jam? Dan berapa banyak waktu yang anda habiskan hanya untuk mencari situs yang tepat dengan yang anda cari, menghadapi spam (atau bulk) dan aktivitas lain yang tidak begitu penting?

Potonglah waktu yang anda habiskan untuk menghadapi spam dengan tips filtering it all through Gmail, atau gunakanlah sistem response untuk spam semacam SpamArrest.

Hilangkan kebiasaan surfing blog dengan mengganti melalui RSS-feed untuk mempercepat anda mendapatkan informasi terbaru.

Dan ada baiknya jika anda mulai meninggalkan kebiasaan anda untuk sekedar menonton video konyol dari YouTube, seperti menyanyi di depan kamera dan kejadian-kejadian konyol lainnya. Atau sekedar menilai wajah seseorang dan mengatakan si A cantik dan jelek. Itu benar-benar membuang waktu anda.

Jam Ketiga : Create a Reading and Exercise Mashup

Jika anda terbiasa membaca koran dan majalah, serta berolahraga, mungkin anda bisa menggabungkan keduanya untuk mendapatkan setidaknya satu jam dalam sehari waktu luang. Bagaimana caranya? Sebaiknya anda mengganti kebiasaan membaca dengan podcast dan mendengarkannya pada saat anda jogging, atau jalan pagi ataupun senam di gym kesukaan anda.

Dengan menggantikan koran dan majalah dengan podcast, selain akan menghemat pengeluaran anda, dengan begitu anda juga turut menjaga lingkungan dan anda bisa mendapatkan waktu luang serta memangkas waktu membaca, sebab anda bisa mendengarkannya dengan melakukan kegiatan lain.

Jam Keempat : Optimize your schedule for faster processing

Cobalah untuk bangun dan berangkat tidur 2 hingga 3 jam lebih awal dari biasanya. Jika anda terbiasa bangun jam 7 pagi dan baru berangkat tidur pada jam 24.00, cobalah untuk memulai tidur anda pada jam 22.00 dan berikutnya bangun pada jam 05.00, dengan begitu anda setidaknya mendapatkan waktu luang sekitar satu jam dalam satu hari.

Dengan mendapatkan 3 jam lebih untuk mengerjakan sesuatu di saat yang lain tidak melakukannya, anda akan lebih produktif tanpa harus menerima interupsi pada saat meeting, telepon-telepon tidak puas dan email-email yang berisi keluhan karena pekerjaan anda.

Selain itu, dengan berangkat lebih pagi anda juga bisa menghindari kemacetan di jalan.

Jam Kelima : Debug your commute

Ngomong soal jam sibuk, beberapa diantara anda menghabiskan waktu yang lumayan tidak sedikit hanya untuk mondar-mandir. Tahukah anda, bahwa sebab dari semua itu adalah berawal dari rumah. Lalu bagaimana cara menghindarinya? Mudah saja.

Sebagian besar dari mondar-mandir yang anda lakukan adalah sesuatu yang tak berguna. Untuk menghilangkan cobalah beberapa tips berikut:

Gunakanlah transportasi umum, dengan begitu anda bisa menggunakan waktu perjalanan anda dengan membaca. Lalu bagaimana jika anda harus mengemudi sendiri? Seperti tips untuk mendapatkan jam ketiga, gunakanlah podcast bukan untuk sekedar mendengarkan musik dan acara-acara konyol, cobalah untuk lebih serius dengan mendengarkan berita sebagai pengganti membaca berita di koran dan majalah. Sebagai alternatif lainnya, adalah buku, e-book yang bisa anda dapatkan dari web, tape, dsan lain-lain. Bangunlah lebih lagi untuk datang kerja lebih pagi dan mendapatkan apa yang tidak didapatkan orang lain.

Itu semua adalah tips, dan tentu saja mungkin hasilnya bisa berbeda pada masing-masing orang. Namun, pada umumnya anda akan mendapatkan waktu extra dengan optimize, debug, re-code kebiasaan harian anda. Sebuah cara yang tidak terlalu sulit bukan? – ‘asa an yaj’alallahu hadzhihi nafi’ah – ahmadMuhajir.

Free translated from Save 5 Hours a Day, the Geek Way By Mike Elgan

Tuesday, July 17, 2007

Alhamdulillah, aku seorang pelupa...

Belakangan ini saya disibukkan oleh banyak kegiatan seiring hampir berakhirnya masa kepengurusan dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan yang saya ambil. Saat-saat itulah saya harus banyak meningat hal yang sepertinya memang susah sekali saya ingat. Sering terjadi, ketika saya harus menyampaikan pesan kepada teman saya, saya lupa apa yang harus saya sampaikan. Sejujurnya saya tidak lupa semuanya, saya ingat bahwa ada pesan yang harus disampaikan, sayangnya, saya benar-benar tidak ingat apa yang harus saya sampaikan.

Ketika saya akhirnya menyerah dengan pesan yang harus saya sampaikan, saya melakukan kegiatan lain dan harus membiarkan pesan tersebut tak tersampaikan. Dan saat saya tidak sedang bersama si sasaran pesan, dengan mudahnya pesan tersebut muncul di pikiran sehingga saya mengingatnya. Seiring berjalannya waktu, saya bertemu lagi dengan si sasaran pesan. Dan untuk kesekian kalinya saya lupa pesan tersebut. Kejadian berulang yang akhirnya membawa saya kepada kebosanan.

Percayakah anda pada zodiak? Bahwa seorang Leo adalah memiliki watak yang keras? Dan seorang Taurus adalah seorang pelupa yang tiada duanya? Tidaklah penting untuk diketahui anda percaya atau tidak. Terlahir sebagai seorang Taurus, ternyata memang saya benar-benar seorang pelupa sebagaimana cerita yang saya kemukakan.

Kadang-kadang saya merasa menjadi orang yang paling tolol di dunia ini mengingat saya begitu banyak melupakan hal yang seharusnya saat itu saya ingat. Saya menyesal menjadi seorang pelupa dan tidak mudah mengingat hal-hal yang seharusnya penting. Namun, alhamdulillah, saya bersyukur ternyata saya bukan satu-satunya pelupa di dunia ini. Beberapa diantaranya mengalami hal yang sama, pelupa.

Mencoba mengatasi penyesalan karena terlahir sebagai seorang pelupa, kamipun berdiskusi hal-hal yang sering kami lupakan. Hingga akhirnya si teman saya ini, memberikan inspirasi yang luar biasa hingga saya tersadar dari penyesalan dan akhirnya saya berkata, yang akhirnya membuat dia tertawa karena merasa lucu, ‘Alhamdulillah, saya seorang pelupa…’ Mengapa?

Sebagai manusia biasa yang bergaul dengan banyak orang, kadang-kadang saya juga melakukan kesalahan. Dan begitu pula sebaliknya, kadang-kadang, yang mungkin tanpa mereka sengaja, mereka membuat kesalahan yang kadang membuat saya murka. Alhamdulillah, karena saya seorang pelupa, saya cepat melupakan kesalahan mereka. Kesalahan yang mereka buat menguap seperti air laut pada siang hari.

Dengan cepat terlupakan kesalahan yang mereka buat, maka saya terbebas dari rasa dendam, rasa benci yang berlebihan, rasa dongkol yang terpendam dan abadi sepanjang zaman. Hingga, saat teman-teman meminta maaf atas kesahalan yang akhirnya mereka sadari, saya bilang ‘Memangnya kamu salah apa? Kapan? Tentang apa? Sepertinya saya sudah lupa, dan sebaiknya kamu juga melupakannya’. Hehehehe… saya jadi merasa menjadi orang yang sedikit wise.

Begitulah, ketika saya melupakan beberapa hal akhir-akhir ini, dan hal itu bukan sesuatu yang memang harus saya ingat, bahkan memang seharusnya saya lupakan, saya selalu mengingat perkataan yang terinspirasi dari teman saya, ‘Alhamdulillah, saya seorang pelupa…’

Kawan-kawan, setiap apapun kekurangan dan kelebihan yang kita miliki, saya meyakini selalu ada banyak hikmah yang harus dipelajari lebih lanjut. Kekurangan bukanlah sesuatu yang harus disesali dan dihina, kekurangan selalu memiliki hikmah yang bahkan mengandung kelebihan yang mungkin belum terpikirkan. ‘asa an yaj’alallahu hadzhihi nafi’ah – ahmadMuhajir.

Friday, July 13, 2007

Jangan Paksa Aku...

Akhir-akhir ini saya sedang dekat dengan seseorang. Seorang yang sangat luar biasa sekali, sangat tangguh untuk seorang cewek, mengingat dia begitu imut… :) dia juga seorang yang sangat mandiri dengan tanpa pernah bersandar apalagi tergantung dengan siapapun. Seorang wanita yang menjadi isnpirasi saya, seorang wanita yang begitu mengagumkan sesungguhnya. Dia juga merupakan seorang yang sangat dipercaya oleh teman-temannya dalam segalanya. Dan, selain smart dan dia juga cantik... luar maupun dalamnya... :)

Kedekatan saya, pada awalnya adalah ketertarikan saya pada tanggal dan bulan kelahiran kami yang sama sekali tidak berbeda, alias sama. Dia dan saya lahir pada tanggal dan bulan yang sama. Ya, mungkin saya memang orang yang agak kuper, sehingga hal seperti itu bagi saya adalah sesuatu yang langka. Hingga akhirnya membawa kami untuk saling berbagi, mengisi satu sama lain. Bercerita tentang hal-hal yang kami alami, dan masa lalu untuk saling mengambil hikmah. Oiya, dia juga seorang yang begitu wise hingga saya merasa sangat rendah kadang-kadang kala saya bersamanya. Hingga saat ini bagi saya dia adalah seorang yang saya percaya untuk menyimpan rahasia yang bahkan keluarga saya tidak mengetahuinya. Sebagai mahasiswa kadang kami juga memasukkan pembicaraan menyangkut perkuliahan dalam pembicaraan kami. Hehehe.. J dengan begitu kami sering sekali berbagi satu sama lain. Sebenarnya kami tidak berbagi apa-apa, bukan berbagi makanan dan apapun, karena memang sepertinya itu adalah hal yang tidak memungkinkan bagi saya, melainkan berbagi ilmu satu sama lain dengan mengambil hikmah dalam kejadian-kejadian yang kami ceritakan.

Suatu kali saya pernah menulis sesuatu tentangnya dalam sebuah file bertipe .doc yang ternyata dia juga tertarik untuk membalas tulisan saya dalam file yang sama. Hingga sampai akhirnya selain bercerita dengan tatap muka, kami juga bercerita dalam bentuk surat berwujud file. Dari sanalah kami mencoba saling memahami mengingat semakin dekat seseorang biasanya masing-masing merasa bebas untuk apa saja. Namun, bagi saya seharusnya semakin dekat seseorang seharusnya semakin mengerti dan memahami apa yang disukai dan tidak dia sukai. Ngomong-ngomong soal yang disukai dan tidak, saya pernah mengajukan pertanyaan apa yang tidak disukai dari saya dan hasilnya saya berhasil meyakinkan dia bahwa saya bisa merubah sikap buruk (versi dia) saya.

Beberapa hari yang lalu, seperti biasa setelah saya menuliskan ‘surat’ saya dia membalas apa yang saya tanyakan dan menambahkan beberapa pernyataan dan pertanyaan. Isi ‘surat’ ini seperti biasa, dan saya membacanya dengan seksama seperti ‘surat-surat’ yang lainnya, hingga saya terkejut dan sedikit tertohok hati saya ketika saya membaca ‘sekedar pesen aja, jangan paksa aku yach...’ . Saya benar-benar kaget dan perasaan sata mengalami sensasi yang amat menakutkan. Kata-kata itu begitu menekan hati saya dan seketika itu saya beristighfar menyebut nama Allah.

Ya Allah, ya Rabb...
Ampunilah aku...
Kata-kata itu begitu tertanam dalam hati dan perasanku seolah tidak mau hilang. Seolah terukir sangat besar sekali dalam otakku dan tidak akan terhapuskan sampai kapanpun. Dan anehnya lagi, saya merasa ketakutan yang amat hingga saya tidak bisa tidur karena bayangan kata-kata tersebut. Bayangan kata-kata itu bahkan tidak hilang hingga beberapa hari. Saya sempat merasa linglung dan tidak bernafsu untuk melakukan apapun padahal saat itu saya sedang sibuk untuk mengurus beberapa amanat yang diberikan kepada saya baru-baru ini. Saya menjadi teringat dengan kejadian-kejadian terdahulu dan bertanya-tanya, apakah aku pernah membuat teman-teman saya terpaksa? Apakah mereka akan memaafkanku dengan perbuatanku? Apakah mereka pernah merasa terpaksa dengan apa yang aku minta?

Ya Allah... Ya Rabb...
Ampunilah aku kalau aku pernah membuat teman-teman dan sahabat-sahabatku merasa terpaksa...
Ampunilah aku, jikalau aku pernah, baik sengaja ataupun tanpa sengaja, memaksa mereka untuk melakukan apa yang tidak mereka sukai...
Ampunilah aku, jika aku pernah membuat mereka sakit hati dengan perbuatanku...
Ya Rabb... Ampunilah aku...

Kepada teman-temanku, sahabat-sahabatku...
Maafkan aku, jika aku pernah membuat kalian merasa terpaksa...
Maafkan aku, jikalau kalian pernah merasa terpaksa untuk melakukan apa yang aku minta... aku hanya hamba Tuhan yang lemah, mengingta aku hanya seorang pengemis, peminjam dan peminta-minta...
Sobat, maafkan aku jika aku pernah membuat kalian sakit hati... mengingat aku hanya manusia yang lebih sering lupa...
Maafkan aku, sobat...

Semoga Allah mengampuni kita semua... amiien...

Thursday, July 12, 2007

Senyum Monalisa

Lukisan Monalisa yang dibuat oleh Leonardo Da Vinci merupakan lukisan yang cukup membuat para seniman kebingungan dan dibuat pusing. Pasalnya, setiap pembahasan mengenai senyumnya selalu menemui jalan buntu. Saya sendiri pun kebingungan dengan arti senyum sang wanita yang memikat tersebut. Ketika saya membaca tentang lukisan tersebut, saya mendapatkan banyak sesuatu yang janggal, bahkan keterangan satu dan lainnya sukar untuk disatukan. Ataukah saya yang terlalu bodoh untuk memahami semua itu, atau memang seperti itu? Entahlah. Hingga akhirnya saya memahami senyumnya setelah kejadian ini. Pemahaman yang mungkin sangat berbeda dengan orang lain.

Beberapa hari ini saya mengalami susah tidur sehingga pada akhirnya kepala saya sering sakit. Sebenarnya saya sudah mengalami insomnia – gangguan tidur – sejak lama. Sebisa saya ingat, semenjak saya masuk kuliah di Semarang. Kata dokter sepertinya saya terlalu banyak berpikir. Hehe… memang benar kata dokter, seharusnya saya bisa mengatur mana yang harus benar-benar saya pikirkan dan mana yang tidak harus benar-benar saya pikirkan. Namun, sepertinya semuanya terlalu penting untuk tidak saya pikirkan.

Seperti biasa saya pun berusaha untuk tidur lebih awal dibanding teman-teman satu kos saya. Kalau teman-teman tidur pada jam 24.00 atau setelah itu, saya berusaha untuk tidur setidaknya pukul 11.00 WIB. Sayangnya, setelah tidur beberapa jam, sekitar pukul 02.00 saya terbangun tidak karena alasan apapun. Saya terbangun begitu saja tanpa ada sebab, dan parahnya setelah itu saya tidak bisa memejamkan mata kembali. Memang seperti inilah kebiasaan yang saya alami. Walaupun saya berusaha untuk memejamkan mata kembali, sampai pagi pun saya tidak akan bisa tidur, kecuali setelah pukul 06.00.

Untuk sekedar menghilangkan sepi, pada akhirnya saya menyalakan televisi mencoba mencari-cari apakah ada acara yang enak untuk ditonton. Hingga saya menjatuhkan pilihan pada sebuah film lama yang berkisah tentang tahun 1450-an yang berjudul Monalisa Smile. Film ini mengisahkan tentang seorang dosen baru yang mengampu mata kuliah seni untuk para perempuan. Saya sendiri tida begitu paham mengapa yang diajar hanya perempuan, tetapi sepanjang pemahaman saya sepertinya memang dipisahkan antara perempuan dan laki-laki. Dosen seni baru tersebut berjuang untuk mengaraj mahasiswanya yang ternyata menguasai semua isi silabus mata kuliah tersebut, karena memang ternyata semua mahasiswa bahkan sudah hafal isi, dan keterangan yang tertulis dalam silabus.

Pada hari pertama kuliah sang dosen mencoba memperlihatkan slide sebuah lukisan, dan ketika akan dijelaskan tentang lukisan tersebut, dengan tanpa disangka seorang mahasiswa mengatakan apa yang baru saja akan dikatakan oleh dosen tentang lukisan tersebut. Sehingga hampir saja dosen tersebut berhenti untuk mengampu mata kuliah seni. Pada awalnya saya tidak begitu mengerti keterkaitan antara judul film dan isi yang terkandung dalam film tersebut. Walaupun tokoh yang diutamakan adalah mahasiswa dan dosen seni serta tentang lukisan, namun sama sekali lukisan Leonardo Da Vinci tersebut tidak pernah dibahas. Bahkan setelah 1 jama menyaksikan saya sempat berkehendak untuk mengganti channel. Namun, saya kembali lagi ke channel tersebut, karena ternyata tidak ada acara lain yang bisa menggantikannya – karena semua acara membosankan dan saya rasa tidak menarik untuk ditonton.

Sebelum film tersebut berakhir, nah di situlah inti dan keterkaitan antara judul film dan isi yang terkandung dalam fim tersebut saya dapatkan. Seorang mahasiswa yang diperankan oleh Kirsten Dunst, yang ternyata menikah beberapa bulan setelah masuk kuliah, ternyata ia bukanlah calon istri yang diharapkan oleh suaminya. Ia bahkan tidak pernah tidur dengan suaminya dalam satu rumah. Sehinga ia nampak begitu tidak bersemangat dan patah hati begitu tahu bahwa ia bukanlah istri yang dharapkan. Saat itulah ia mengadu pada seseorang yang kalau tidak salah – kalau salah saya mohon maaf – dosen seni tersebut, hingga sang dosen menjelaskan arti lukisan senyum Monalisa dalam pandangannya.

Monalisa, dalam paparan dan keterangan buku-buku sejarah adalah seorang perempuan yang tidak pernah tersenyum. Namun entah dorongan apa yang menyebabkan Leonardo Da Vinci menggambarkan senyum yang begitu dipuja oleh berjuta-juta orang. Senyum yang begitu memikat dan menggoda siapapun yang memandangnya. Dalam pandangan dosen seni tersebut arti dari lukisan Monalisa tersebut adalah walau apapun yang menimpa dirinya, ia tetap menampakkan senyum dan menutupinya. Sehingga, tidak ada seorangpun yang tahu apa yang sedang dialaminya. Yang terpenting dalam hidup adalah tidak menampakkan kesedihan yang diderita kepada orang lain dan selalu membuat orang lain mengira bahwa kita adalah satu-satunya orang yang paling bahagia dan tidak pernah menderita dalam hidup ini.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebuah figur yang patut untuk dicontoh. Dengan senyum yang selalu menghiasi wajah beliau, ia selalu menampakkan bahwa dirinya adalah orang yang paling berbahagia di muka bumi ini. Apapun yang menimpa dalam kehidupan selalu beliau sembunyikan dari sahabat-sahabatnya dan menampakkan di depan mereka bahwa ia dalam keadaan baik saja, beliau juga meyakinkan bahwa selalu ada hikmah yang bisa diambil dan dijadikan pelajaran. Namun menampakkan kesedihan dan mengharap belas kasihan di hadapan orang lain, bukankah sebaiknya malu karena manusia adalah makhluk yang paling mulia.

Saya sendiri bukanlah orang yang terlalu pintar untuk menyembunyikan kesedihan dan derita yang menimpa. Namun saya berharap, semoga Tuhan memberikan saya kekuatan untuk selalu tersenyum dalam menghadapi setiap derita dan cobaan dariNya. Amiin. ‘asa an yaj’alallahu hadzhihi nafi’ah – ahmadMuhajir.

Tuesday, July 10, 2007

Sinkronisasi Data, Urgensinya di Indonesia

Kamis, 28 Juni 2007 lalu saya baru saja mengikuti seminar Sosialisasi Rancangan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU-ITE) yang diselenggarakan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Forum Komunikasi Informatika dan Transaksi Elektronik (FK-ITE) serta Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia – Badan Reserse Kriminal Polri. Sebuah seminar nasional yang dihadiri oleh civitas akademika, diantaranya mahasiswa Ilmu Komputer, dan mahasiswa Hukum, kemudian praktisi Hukum, yang meliputi Kejaksaan, Kehakiman dan Pengacara, tidak lupa juga kawan-kawan pers, dan pemilik warnet serta yang lainnya.

Inti dari seminar tersebut adalah sesuai dengan namanya “Sosialisasi”, maka seminar ini memang hanya berisi sosialisasi saja, bahkan saya sempat tidak mengerti kemana kami sebagai peserta akan dibawa. Adalah sebuah pemberitahuan akan Rancangan Undang-Undang Informasi dan Tranksaksi Elektronik yang pada ujung-ujungnya malah terbawa ke cyber crime yang menurut salah seorang nara sumber, disebut sebagai sesuatu yang kreatif. :)

Saya tertarik dengan perkataan Bapak Edi Hartono nara sumber dari Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia - Badan Reserse Kriminal Polri yang mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada sinkronisasi data antar wilayah di seluruh Indonesia. Bahkan katanya, jangankan di seluruh wilayah Indonesia, sinkronisasi data dalam satu provinsi saja tidak ada. Beliau mengaku memiliki lima Kartu Tanda Penduduk (KTP). “Saya saja punya 5 KTP”, kata beliau. Saya terkekeh mendengar perkataan beliau, dan dalam hati saya berkata, “Kalau seorang anggota Polri selaku penegak hukum saja punya 5 KTP, yang seharusnya punya 1 saja, gimana dengan penduduk (rakyat jelata) yang notabene bukan penegak hukum – bahkan sering melanggar hukum”.

Bulan Mei lalu, masa berlaku Kartu Tanda Penduduk saya memasuki habis masa tenggang. Dan artinya, saya harus memperpanjang KTP saya. Karena saya sedang merantau untuk menempuh pendidikan di sebuah kota yang jauh dari kampung halaman saya, saya hendak memperpanjang di kota kelahiran saya. Namun, saya diberitahu oleh salah seorang teman saya yang mengatakan bahwa KTP dari kota kelahiran saya tidak berlaku di kota yang saya tempati sekarang (tempat kuliah). Saya sempat terkejut dan kaget, dan langsung timbul sebuah pertanyaan besar. “How it’s happen?”

Saya berpikir, bahwa selama ini KTP dari kota kelahiran saya dinyatakan sah di manapun saya menginjakkan kaki saya, selama saya berada di wilayah kenegaraan Indonesia tercinta. Namun, ternyata saya kurang informasi, bahwa KTP saya hanya berlaku di kota kelahiran saya saja. Dari sanalah saya sempat merasa jengkel dan sakit hati dengan data yang ada di negara ini. Ternyata negara ini tidak memiliki data yang benar-benar valid dan sinkron antar wilayah. Sebuah fakta yang mengerikan.

Saya kemudian berpikir, kalau kenyataannya memang demikian maka saya tidak menyalahkan orang-orang yang berpikir kreatif dengan memanfaatkan kelemahan yang ada di negara ini. Dengan tidak adanya sinkronisasi data antar wilayah, maka seseorang dapat dengan mudah memiliki alamat fiktif, nama fiktif, yang pada akhirnya memicu untuk berbuat tindak kejahatan, baik itu terorisme maupun ‘mencuri dengan canggih’ atau apapun namanya. Dengan begitu seharusnya penegak hukum belajar untuk tidak hanya memberantas, namun juga seharusnya ada suatu langkah cure untuk menghindari tindak kejahatan yang sepertinya semakin tak terkendali di negara ini. Bukan hanya kemudian memerintahkan Densus 88 untuk menangkap si pelaku yang ketahuan belangnya dan sudah lama tidak kelihatan batang lehernya. Namun, mulai berpikir kepada proses pencegahan untuk menghindari apa yang telah terjadi agar tak terulang kembali.

Saya merasa prihatin dengan negara ini yang semakin lama bukan semakin tertata rapi, namun justru mengarah kepada, mengutip perkataan Edmon Makarim, seorang dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hyperegulasi. “Hukum itu ketinggalan jaman”. Beliau mengatakan, kalau saja ada orang yang jeli mau merinci satu persatu tata hukum yang ada saat ini, maka akan ditemukan sejuta ketidakocokan antara yang satu dengan lainnya. Hmm… saya pikir tidak perlu dibayangkan apa yang akan terjadi nantinya. :)

Apapun yang sudah terjadi adalah sejarah yang seharusnya menjadi bahan pelajaran, seperti kata Bapak Presiden Pertama negeri ini, “Jas Merah” Jangan Melupakan Sejarah. Marilah menuju Indonesia dengan bukan hanya pemberantasan, namun juga ingat tentang cure yang seharusnya sudah lama dipikirkan. ‘asa an yaj’alallahu hadzhihi nafi’ah – ahmadMuhajir.

Kepemimpinan dan Kita

Seperti biasa, saya selalu ingin tahu tentang apapun. Tentang semua ilmu yang seharusnya bisa saya simpan semuanya dalam otak saya yang memang sangat besar sekali. Dengan rasa ingin tahu, maka akhirnya saya menjatuhkan pilihan diantaranya pada keorganisasian yang ada di lembaga-lembaga yang saya tahu. Dari organisasi-organisasi yang saya ikuti saya berharap tahu banyak dan mampu mengetahui semua yang saya belum ketahui.

Entah karena memang sudah takdir saya atau memang saya terlihat tidak pantas menjadi pemimpin dalam organisasi, dalam setiap organisasi yang saya ikuti saya selalu hanya bisa menjadi anggota dan tidak pernah benar-benar menjadi seorang pemimpin, kecuali pemimpin atas diri saya sendiri. Dan kalaupun bisa mencapai tingkat tertinggi dalam sebuah organisasi, biasanya saya hanya bisa menjabat sebagai sekretaris – seorang pembantu pemimpin yang banyak kegiatan yang harus diselesaikan untuk sang tuannya. Tetapi, di sana saya bersyukur. Karena dari sanalah, ketika saya tidak menjabat sebagai pemimpinnya, maka saya telah banyak belajar apa yang seharusnya dilakukan jika kelak saya menjadi pemimpin.

Dari sana pula saya tahu – tentunya juga dari bacaan – bahwa gaya kepemimpinan orang-orang Indonesia memang sangat berbeda dengan gaya kepemimpinan orang-orang Eropa atau Amerika. Memang sebenarnya bukan karena siapa yang Asia, siapa yang Amerika, atau siapa yang Eropa dan akan mempunyai gaya kepemimpinan seperti apa. Namun, pada kenyataannya tidak jauh dari demikian. Dari gaya kepemimpinan yang saya tahu, ternyata ada dua cara yang digunakan oleh orang-orang untuk mengatur dan menggerakkan sebuah organisasi. Yaitu, gaya mamalia dan gaya reptilia. Kepemimpinan yang menggunakan cara mamalia bisa diibaratkan seperti lumba-lumba yang selalu guyup (akur dan berkelompok), bersahabat dan memperhatikan kiri serta kanannya sebagai bentuk kewaspadaan. Dengan gaya seperti ini maka, ia akan menjadi enak untuk ditonton dan diperhatikan karena terkesan lucu dan menjanjika sesuatu. Namun sebenarnya gaya kepemimpinan seperti ini hanyalah datang untuk menghibur dan bukan untuk melakukan sesuatu. Ia lebih memilih untuk mencari kawan daripada menendang kawan-kawannya yang mempunyai kinerja yang kurang bagus. Selain itu, ia juga terkesan ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan tidak suka menyerang serta enggan untuk diasingkan.

Sedangkan gaya reptilia yang dengan tipe agresif untuk menyerang. Selain itu gaya ini juga lebih tegas dalam menendang kawan-kawannya yang tidak berkinerja dengan baik serta fokus dan analitik. Dengan gaya yang demikian maka, ia merasa kelompok bukanlah sesuatu yang penting, melainkan berani berkorbanlah yang menjadi penting. Sayangnya, gaya seperti ini cenderung tidak disukai anggota atau masyarakatnya sebelum ia benar-benar menunjukkan kinerjanya.

Dari pengetahuan dan pengalaman saya selama berorganisasi dan melihat pemimpin-pemimpin yang memimpin baik presiden, gubernur, walikota, bupati, hingga kepala sekolah bahkan seorang ayah, saya tahu bahwa kebanyakan orang Indonesia memiliki kecenderungan untuk memimpin dengan gaya mamalia. Dan secara teoritis gaya seperti ini tidak efektif, apalagi jika sudah menyangkut dengan perubahan dalam organisasi.

Sebenarnya, gaya mamalia bukanlah sebuah pilihan bagi orang-orang yang mau berubah, karena ia tahu bahwa ada gaya yang lebih baik, yaitu gaya reptilia. Namun, sayangnya masyarakat Indonesia tidak cocok dengan gaya tersebut. Mengapa? Masyarakat Indonesia sejak dini diajarkan untuk akur dan berkelompok sehingga semua masalah bisa diselesaikan bersama. Dengan demikian, dengan gaya reptilia yang akan menendang siapa saja, kawan yang tidak memiliki kinerja yang baik, maka pemimpin seperti ini akan ditinggalkan dan pada akhirnya akan dianggap sombong.

Sebuah contoh yang saya ketahui dari harian Kompas pada kolom Analisis Ekonomi yang ditulis oleh Rhenald Kasali ada sebuah gaya kepemimpinan yang menurut mahasiswanya disebut dengan gaya mamal-reptil. Gaya ini mengadopsi dari kedua gaya di atas. Dengan tetap berkelompok dan terlihat lucu serta menjanjikan, ia tidak segan-segan untuk menyerang serta tidak enggan menendang kawan-kawan yang dinilai tidak memiliki kinerja yang baik, karena baginya kelompok bukanlah sesuatu yang terlalu harus diutamakan. Gaya kepemimpinan seperti ini memiliki hati yang lembut, tetapi berkulit keras seperti reptil. Dengan hatinya yang lembut, ia tidak mudah tersinggung, namun juga memiliki kulit yang keras untuk mengatakan tidak. Selain mempunyai dukungan yang banyak, ia juga siap jika harus memimpin dalam kesendirian.

Kalau kita mau introspeksi diri, manakah tipe kepemimpinan yang kita sandang saat ini? Apakah mamalia yang terlihat lucu serta menggemaskan dan menjanjikan sesuatu namun tidak mengerjakan apapun selain untuk menghibur? Ataukah gaya reptil yang keras, tegas, fokus dan siap menendang siapapun untuk kebaikan organisasi yang dipimpinnya? Atau mamal-reptil seperti yang dijelaskan di atas? Jawabannya tentu saja ada pada masing-masing anda.

Tidak penting sebenarnya seperti apakah gaya kepemimpinan yang kita sandang saat ini. Namun, yang lebih penting adalah, jika sudah memahami dan mengerti mana yang baik dan bagian mana yang lebih baik tentu saja ada baiknya jika mau berubah dari yang sekedar baik untuk menjadi lebih baik. ‘asa an yaj’alallahu hadzihi nafi’ah – ahmadMuhajir.

Sunday, July 8, 2007

the beautiful day...

terima kasih Tuhan....
itulah kata-kata yang seharusnya keluar dari mulut saya pertama kali ketika hal ini terjadi, namun, saya melupakan kata-kata itu dan menggantinya dengan "malam yang indah"...

malam ini, atas kuasa Tuhan melalui teman-teman seperjuangan, saya dianugerahi sebuah wewenang, tanggung jawab dan amanat yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya... benar-benar sebuah surprise yang amat sangat unpredictable sekali...
saya terpilih sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika Univ. Dian Nuswantoro - Semarang periode 2007/2008...

saya tidak habis mengerti, bagaimana semua ini bisa terjadi begitu saja...
semuanya berjalan di luar perkiraan dan pengamatan yang saya lakukan...
semuanya berawal saat pembahasan kriteria formatur dan mede formatur...
sejak awal, sidang berjalan lancar hingga samai pada pleno ini, tepatnya saat masuknya usulan IPK calon formatur minimal 3.00. secara jujur sebuah kebanggaan ketika IPK saya (kalau saya boleh sombong) memang lebih dari angka 3.00, namun di sisi lain saya juga merasa terancam dengan posisi sekarang.

hingga terpilihlah 3 orang calon ketua, saya sendiri dan dua orang sahabat saya yang selalu membuat saya terinspirasi (terima kasih semua sahabatku). namun, di tengah jalannya proses musyawarah untuk pemilihan, sahabat saya yang begitu saya kagumi dengan pemikirannya menyatakan akan maju pada pemilihan gubernur fasilkom universitas kami sehingga, akhirnya forum setuju calon formatur hanya saya dan seorang sahabat cewek saya yang kebetulan dari 'tegal' yang juga memberikan banyak inspirasi bagi saya atas semua apa yang dia lakukan dan katakan. terima kasih sekali lagi...

setelah calon tersisa dua orang, kami justru diberikan pertanyaan seolah kami adalah kandidat 'the scholar' - anda tahu kan...? sebuah acara pencarian siswa untuk memperoleh beasiswa kuliah. hampir semua pertanyaan saya pikir seharusnya diberikan kepada calon yang mencalonkan diri. sejujurnya saya agak merasa kurang nyaman, dengan pertanyaan pertanyaan tersebut. karena saya tidak merasa mencalonkan diri, mengapa saya yang di berondong begini...? tapi semuanya sudah berlalu... dan setelah mengusir kandidat untuk musyawarah, forum memutuskan saya terpilih sebagai Ketua Umum periode 2007/2008.

sebuah perjalanan, tidak ada yang perlu disesali dan disalahkan. bukan salah penggantian point IPK minimal, juga bukan salah alumni yang memancing peserta untuk demikian...
sebuah perjalanan adalah sesuatu yang harus diambil manfaat dan kebijakan untuk ke depan...
kepada segenap teman-teman seperjuangan saya, terima kasih sudah bersedia memilih saya. saya sangat berterima kasih sekali sedalam-dalamnya. dan harapan kita adalah terbentuknya HMTI yang berdaulat, solid, dan memiliki kebersamaan seperti tertuang dalam 5 sikap kerja yang sudah kita sepakati bersama...

MAJULAH HMTI...
MAJULAH KITA BERSAMA...

terima kasih sekali lagi...
terima kasih...
untuk sebuah malam yang indah...