Sunday, December 9, 2007

Sekelumit Ceritaku

Terlahir sebagai seorang ndeso, aku memang cupu. Dengan perawakan yang biasa saja, aku menjalani hidupku sebagai bocah ndeso tanpa prestasi apapun. Di taman kanak-kanak, aku hanya seorang bocah kecil dengan pipi tembem yang setiap harinya membuat repot guru dengan mimisan. Sebuah kebiasaan yang tidak biasa bagi orang normal, namun itu menjadi hal yang setiap hari terjadi padaku.

Memasuki Sekolah Dasar tak juga membuat nasibku, aku masih seorang bocah dengan perawakan kurus dan sepatu butut yang robek di ujung depan dan sisi jari kelingking. Terbiasa dengan kejepit pintu atau ketimpa kursi yang membuat kuku jempol kaki kananku terlepas. Kelas enam sekolah dasar aku bahkan tidak bisa menggambar sama sekali, bahkan gunung sekalipun.

Sekolah lanjutan tingkat pertama adalah sebuah perkenalan dengan komputer. Sebuah perangkat yang pada akhirnya membuatku jatuh hati. Sebuah perkenalan dengan DOS entah versi berapa. Saat itu aku tidak tahu, apa itu versi dan tentangnya.

Setingkat sekolah menengah atas, Madrasah Aliyah, menjadi tempat penempaan dan perjuanganku mendapatkan pengetahuan tentang komputer dengan berpetualang di sebuah kota yang memakan waktu 10 jam dari desa kecilku. Sebuah petualangan dengan belajar komputer lewat mencuri. Bukan mencuri komputer, tetapi mencuri waktu dan kesempatan untuk bisa belajar tentang komputer. Perjuangan hingga harus terjepit jendela dengan lebar tak lebih dari 20 centi. Hingga dinobatkan sebagai kontributor penggodokan proposal persetujuan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah, yang pada akhirnya membuatku keluar dan berpindah sekolah, dan oleh guruku aku tidak diperbolehkan lagi untuk mengikuti kelas komputernya. “Enough!” She said.

Kelanjutan kecintaanku pada komputer membawaku pada dunia internet di sebuah kota industri yang panas. Delapan bulan bersama si kembar membuatku tertarik dan memutuskan untuk melanjutkan pengetahuanku tentang komputer dan apapun tentangnya. Hingga membawaku ke sebuah keberuntungan yang tak pernah aku pikirkan sama sekali. Kuliah di sebuah universitas bergengsi tempatnya orang2 berduit. Banyak tetanggaku bertanya, “How it can be?”

Ini bukan cerita tentang kesombongan, karena sampai saat ini aku masih belum bisa apa2, kecuali menipu diriku sendiri. ;-)

Terima kasih ‘tuk Dico dan Ariz atas pinjaman komputernya, eL atas pinjaman laptopnya, Fahri atas ilmunya, dan semua yang dengan ikhlas memberikan yang aku minta.

2 comment(s):

Anonymous December 9, 2007 at 12:22 PM  

aku kagum dgn ceritamu....sungguh habaTT dgn segala tekat N perjuangan km,...^^O^^

yuP di dunia ini ga' ada yg ga' bs yg ada adl org yg ga' mau bs...^^O^^


teruskan...aku yakin km akan bs mencapi apa yg km cinta N citakan..AMIENN!!

salam hangt dr lucky...^^O^^

Munir December 28, 2007 at 6:40 PM  

ooo..pecinta ilmu komputer to???baguslah..
teruskan perjuangannya...:D